Negara Arab Langgar Janjinya Pada Palestina

Foto: AFP

Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad menuduh, negara Arab telah melanggar janjinya kepada Palestina. Sebelumnya negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab berjanji akan memberikan bantuan keuangan kepada Pemerintah Palestina.

Bantuan itu dijanjikan sebagai ganti atas dana Pemerintah Palestina yang ditahan oleh pihak Israel. Israel sendiri menahan dana milik Palestina sebagai tindakan balasan atas keberhasilan Palestina mendapatkan status negara peninjau non-anggota di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

“Saya meminta para pemimpin negara Arab untuk memenuhi janjinya kepada Palestina. Saat ini kami sangat menbutuhkan bantuan keuangan tersebut,” ujar Fayyad, seperti dikutip Ma’an News, Senin (24/12/2012).

Minggu lalu Fayyad juga sempat menyatakan, harapannya negara-negara Arab agar cepat merealisasikan janjinya tersebut. Namun sampai saat ini tidak ada tanda-tanda negara Arab akan segera memenuhi janjinya itu.

Dalam sebuah pertemuan yang dilakukan oleh Liga Arab dua pekan lalu, disetujui bantuan keuangan yang akan diberikan kepada Palestina sebesar USD100 juta atau setara dengan Rp 961,8 miliar (Rp9.618 per USD) untuk tiap bulannya. Saat itu Ketua Liga arab Nabil al-Arabi menyatakan, Qatar yang saat ini memegang kepemimpinan di Liga Arab akan mengatur koordinasi bantuan dengan negara-negara Arab yang lainnya.

Fayyad meminta segera diadakannya pertemuan darurat di Liga Arab untuk memastikan diberikannya bantuan keuangan kepada Palestina. Minggu lalu pegawai yang dipekerjakan pemerintah Palestina sempat melakukan aksi mogok selama dua hari untuk memprotes seretnya gaji mereka sejak dua bulan lalu.

Ini Bantuan Pesepak Bola Dunia Bagi Palestina

Ini Bantuan Pesepak Bola Dunia Bagi Palestina

Tidak ada lagi rumput hijau yang tersisa di Palestine Stadium, Kota Gaza, Palestina. Yang tersisa hanya empat lubang besar, bekas hantaman rudal-rudal Israel. Kawah berdiameter sekitar 40 meter di tengah lapangan menjadi saksi bisu serangan Zionis Israel.

Militer Israel membombardir stadion berkapasitas 10 ribu penonton itu dalam operasi bersandi Pillar of Cloud, November lalu. Hujan rudal kiriman dari Tel Aviv membuat stadion kandang Tim Nasional Palestina luluh lantak. “Itu adalah stadion kebanggaan kami. Tapi, kini Israel tidak menyisakan apa pun selain puing-puing,” kata Fathi, seorang warga Gaza.

Kesedihan Fathi dan jutaan masyarakat Palestina mengundang simpati luas dunia. Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) berjanji akan membangun kembali puing mimpi bangsa Palestina lewat lapangan sepak bolanya. “Mandat kami untuk membangun kembali infrastruktur sepak bola Palestina telah dihancurkan,” ujar Sekjen FIFA Jerome Valcke, seperti dilansir laman resmi FIFA.

Sesuai dengan slogan my game is fair play (permainan sepak bola adalah permainan yang fair), FIFA mencoba menyentil Israel yang tidak bertanggung jawab dalam melancarkan aksi militer. Menurut Valcke, semangat sepak bola adalah mempersatukan manusia tanpa melihat ras, bangsa, atau agama. Karena itu, dia menyerukan pada komunitas internasional untuk berkontribusi dalam rencana pembangunan stadion tersebut.

“Sepak bola menyatukan semua umat. Kami mendukung tiap upaya rekonstruksi infrastruktur sepak bola yang hancur akibat bencana. Kami juga akan membangun kembali stadion di Gaza,” kata Valcke.

Sikap FIFA juga membuktikan fair play dunia sepak bola dalam merespons keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada sidang Majelis Umum, Kamis (29/11), PBB menegaskan status kedaulatan Palestina. Namun, sikap fair play FIFA ternyata tidak diikuti oleh dua anggotanya, Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Keduanya tetap tidak mengakui Palestina sebagai negara yang berhak memiliki mimpi. Padahal, 138 dari 193 suara di Majelis Umum PBB telah menyatakan kedaulatan negeri di pesisir Mediterania itu.

Pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana menilai, langkah FIFA merupakan lompatan signifikan dalam perjuangan politik Palestina di percaturan global. FIFA pun menghabiskan kemenangan politik Palestina atas Israel dan AS. Skor kini 2-0 untuk Palestina.

“Ini kabar yang sangat menggembirakan. Itu sinyal bagi Israel dan Amerika Serikat bahwa mereka tidak bisa membendung keinginan dunia untuk memberikan tempat bagi negara Palestina merdeka,” kata guru besar dari Universitas Indonesia ini.

Hikmahanto menilai, pengeboman Israel terhadap stadion di Gaza merupakan bentuk kejahatan perang yang tidak dapat ditoleransi. Kini dengan statusnya sebagai negara nonanggota di PBB, Palestina bisa melaporkan kejahatan perang Israel ke Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC). “Sayangnya, pengeboman stadion itu terjadi sebelum Palestina diakui sebagai negara nonanggota,” kata Hikmahanto.

Pengeboman Israel ke Palestine Stadium juga mendapat protes keras dari kalangan pesepak bola dunia. Para pesepak bola yang memahami betul arti fair play menyerukan boikot terhadap Israel. Boikot bahkan akan dilancarkan pada penyelenggaraan Piala Eropa U-21 tahun 2013 yang rencananya dihelat di negeri Zionis.

Kelompok beranggotakan 60 pesepak bola papan atas Eropa itu telah menandatangani petisi kecaman kepada Israel. Beberapa nama besar yang ikut meneken petisi kecaman itu, di antaranya Eden Hazard (Chelsea), Abou Diaby (Arsenal), Papiss Cisse (Newcastle United), Didier Drogba, dan Frederic Kanoute.

Legenda hidup sepak bola Prancis Eric Cantona juga buka suara untuk mendukung perjuangan Palestina. “Sekarang waktunya mengakhiri imunitas Israel dan memberlakukan persamaan derajat dan keadilan bagi semua negara,” ujar Cantona, seperti dikutip The Guardian.

Di pihak lain, Israel mengelak bertanggung jawab atas serangan ke Palestine Stadium. Israel berdalih stadion itu digunakan sebagai tempat peluncuran roket Fajr-5 ke Tel Aviv. “Stadion itu (Palestine Stadium) digunakan untuk meluncurkan roket-roket ke wilayah Yerusalem dan Tel Aviv,” kata juru bicara militer Israel.

Bukan kali ini saja Palestine Stadium menjadi target serangan udara Israel. Stadion di jantung Kota Gaza itu pernah hancur oleh rudal Israel pada 2006 lalu. Palestine Stadium adalah satu dari tiga stadion yang dimiliki Palestina. Dua stadion lainnya berlokasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. FIFA menaksir perbaikan Palestine Stadium akan menghabiskan biaya hingga jutaan dolar AS.

Palestine Stadium didirikan secara bertahap selama lebih dari 20 tahun. Stadion ini mulai beroperasi pada 1998. Butuh puluhan tahun membangunnya, tetapi hanya hitungan hari bagi Israel untuk menghancurkannya.

Ketika Anak Kecil Yahudi Diajarkan Membunuh

Selama ini, media massa internasional mengatakan bahwa anak-anak kecil Palestina sudah dilatih “kekerasan” sejak dini.

Pernyataan itu didukung oleh foto-foto yang menggambarkan anak-anak kecil Palestina tengah menenteng senjata.

Anak-anak Palestina itu disebut sebagai calon teroris dan sebagainya yang menggambarkan kekejaman umat Islam.

Kenyataan yang sebenarnya, anak-anak Palestina memang dikondisikan untuk bisa mempertahankan diri dari serangan Zionis Israel yang dengan sekonyong-konyong bisa datang kapan saja dan melakukan pembunuhan. Seperti yang terjadi pada peristiwa Gaza, Januari silam. Lagipula, senjata yang dipergunakan oleh anak-anak Palestina lebih banyak menggunakan batu atau ketapel.

Nah, bagaimana dengan anak-anak Yahudi sendiri? Media massa terus-terang tak banyak yang meliput aktivitas anak-anak kecil Yahudi. Bahkan sejak dari kecil, anak-anak Yahudi ternyata sudah diajari untuk menembak. Mereka mempunyai jam khusus untuk pelatihan yang rutin diadakan.

Di sekolahpun, dalam beberapa mata pelajaran, anak-anak Yahudi sudah dibiasakan untuk menganggap orang Palestina sebagai musuhnya. Misalnya saja, dalam pelajaran Matematika, anak-anak kecil Yahudi kerap diajarkan, “Jika ada anak Palestina berjumlah 10 orang, kamu tembak mati satu orang, berapa sisanya?”

Nah, sekarang, bagaimana kata dunia?